KETIKA TARI KLASIK DIPERKENALKAN KEMBALI
Bedhaya Srimpi merupakan salah satu bentuk court art yang kini keberadaannya mulai harus lebih diperhatikan. Berasal dari dalam tembok kerajaan di Jawa, tari Bedhaya dan Srimpi bisa dikatakan merupakan induk dari bentuk tari Jawa putri. Pada awalnya berkembang berbagai bentuk tari Bedhaya dan Srimpi. Hampir semua Raja di tanah Jawa membuat tari Bedhaya dan Srimpi di masa pemerintahan mereka.
Perkembangan Bedhaya dan Srimpi kini justru banyak berada di tangan masyarakat. Namun karena pergeseran kebudayaan serta kondisi ekonomi yang menurun dalam masyarakat, maka kekuatan masyarakat untuk menjaga warisan budaya ini juga semakin surut. Satu-persatu penjaga tari Bedhaya dan Srimpi mulai berkurang. Kini, para peneliti dari mancanegara mulai berdatangan untuk melakukan pencatatan kesenian ini. Amatlah disayangkan, apabila aset seni budaya kita yang berlimpah-ruah justru dipelajari oleh bangsa lain, sementara kita sendiri lupa bahwa tradisi kita begitu kaya dan penuh inspirasi. Kelengahan kita dalam menjaga aset budaya kita membuka ruang bagi pihak asing untuk mempelajari warisan tradisi yang langka ini. Suatu saat nanti, ketika kita mulai lepas dari akar kebudayaan kita, maka sungguh ironis bila kita harus mempelajari kembali warisan budaya leluhur kita justru dari bangsa lain – semata karena kita lupa untuk menjaganya.
Berangkat dari kepedulian tersebut, sebuah program konservasi jangka panjang digelar untuk tari Bedhaya dan Srimpi, dengan narasumber utama Sulistyo Tirtokusumo, master tari klasik Jawa, dan Michi Tomioka, kandidat doktor dari University of Osaka, Jepang, yang telah meriset dan mempelajari tari Bedhaya dan Srimpi selama beberapa tahun di Indonesia. Tujuannya adalah penyelamatan ragam tari Bedhaya dan Srimpi melalui pendokumentasian digital / audio-visual yang kelak akan memudahkan siapapun untuk mempelajarinya. Program konservasi ini dimulai dalam bentuk workshop, dimana hasil dari workshop ini akan didokumentasikan dalam bentuk audio-visual. Program konservasi ini kami anggap tinggi urgensinya, mengingat master tari klasik yang menguasai 10 tari Srimpi versi asli dengan durasi panjang (minimal 60 menit) yaitu Ibu Sri Sutjiati Djoko Suhardjo, belum lama ini meninggal. Diantara beberapa murid penarinya, salah seorang membuat catatan lengkap mulai dari transkripsi vokabuler gerakan hingga transkripsi gendhing (musik), yaitu Michi Tomioka, asal Jepang.
TARI SRIMPI & BEDHAYA YANG AKAN DIDOKUMENTASIKANTari Srimpi dan Bedhaya asal Keraton Surakarta yang berkembang dan diajarkan di sekolah/sanggar tari pada umumnya adalah versi pemendekan dari versi asli yang rata-rata berdurasi minimal 60 menit. Pada program pendokumentasian ini, yang akan direkam adalah versi asli berdurasi panjang, yaitu :
1. Srimpi Anglir Mendung (karya Sunan PB IV)
2. Srimpi Tameng Gito (karya Sunan PB VIII)
3. Srimpi Gandakusuma (karya Sunan PB IX)
4. Srimpi Dhempel
5. Srimpi Sukarsih (karya Sunan PB VIII)
6. Srimpi Sangupati (karya Sunan PB IX)
7. Srimpi Lobong (karya Sunan PB IX)
8. Srimpi Glondong Pring (karya Sunan PB IX)
9. Srimpi Ludira Madu (karya Sunan PB V)
10. Srimpi Gambir Sawit
11. Bedhaya Duradasih (karya Sunan PB V)
12. Bedhaya Pangkur (karya Sunan PB VIII)
Dari jenis-jenis diatas, beberapa sudah didokumentasikan, meskipun dalam versi pendek. Untuk pendokumentasian tahap 1 ini, dilakukan workshop terbatas untuk 2 Srimpi terlebih dahulu yaitu Srimpi Sukarsih dan Srimpi Dhempel. Untuk beberapa sisanya, pendokumentasian akan dilakukan pada tahap 2 dan 3 di awal dan pertengahan 2012. Karena beberapa catatan lengkap dari Srimpi tersebut berada di Jepang (dokumentasi Michi Tomioka) dan baru diambil akhir tahun ini semuanya untuk pendokumentasian tahap berikutnya. Metode pendokumentasian dilakukan melalui workshop dimana Michi Tomioka memberikan arahan vokabuler gerak sesuai catatan yang dibuatnya berdasarkan narasumber Ibu Sri Sutjiati Djoko Suhardjo (alm) kepada para penari. Dalam proses ini, master tari klasik Jawa Sulistyo Tirtokusumo – yang juga merupakan guru tari dari Michi Tomioka – turut turun tangan dalam memberikan arahan.
PEMANFAATAN YOUTUBE UNTUK PENYEBAR-LUASAN Hasil dari pendokumentasian ini dapat diunduh melalui youtube agar memudahkan mereka yang ingin mempelajarinya. Video hasil dokumentasi ini akan dipertunjukan secara luas dan gratis melalui youtube, dan siapapun dipersilahkan untuk mengunduh video dokumentasi ini untuk kebutuhan studi dan pembelajaran, dengan kualitas gambar (resolusi) apa adanya. Namun bagi peminat serius yang ingin memiliki video hasil dokumentasi ini dengan kualitas gambar yang jauh lebih baik, dapat membelinya dan akan mendapatkan user id dan password untuk mengunduhnya melalui website.
PROYEK PENDOKUMENTASIAN GOTONG ROYONGProgram ini merupakan program konservasi yang bersifat gotong royong. Hal ini disadari oleh tim produksi berdasarkan pengalaman selama ini, dimana sponsor kurang berminat untuk mendukung proyek dokumentasi semacam ini karena dianggap tidak ’menjual’ dan tidak bersifat massal. Meski dengan segala keterbatasan, proyek pendokumentasian ini dirasa tetap harus dijalankan. Workshop tertutup dilakukan di Gedung F lantai 6 yang difasilitasi oleh Direktorat Seni Pertunjukan.
Hal ini juga terkait dengan pemilihan para penari. Untuk jenis Srimpi yang sulit dengan tempo lambat dan tingkat intensitas tinggi maupun vokabuler gerak yang beragam, akan ditarikan oleh para penari Jawa senior. Salah satunya adalah koreografer Elly D. Luthan. Sementara untuk Srimpi dengan tingkat kesulitan menengah, beberapa penari ’relawan’ diminta sumbangsihnya untuk mempelajarinya dalam rangka proyek pendokumentasian ini. Sebagian besar penari yang terlibat merupakan para penari Jawa tradisional yang pernah mempelajari tari Srimpi dan Bedhaya. Pada pendokumentasian tahap berikutnya di tahun 2012, direncanakan sebuah workshop terbuka dimana penari-penari relawan (umum) yang memiliki dasar tari Jawa klasik memadai, dipersilakan untuk ikut mempelajarinya.
Bedhaya Srimpi merupakan salah satu bentuk court art yang kini keberadaannya mulai harus lebih diperhatikan. Berasal dari dalam tembok kerajaan di Jawa, tari Bedhaya dan Srimpi bisa dikatakan merupakan induk dari bentuk tari Jawa putri. Pada awalnya berkembang berbagai bentuk tari Bedhaya dan Srimpi. Hampir semua Raja di tanah Jawa membuat tari Bedhaya dan Srimpi di masa pemerintahan mereka.
Perkembangan Bedhaya dan Srimpi kini justru banyak berada di tangan masyarakat. Namun karena pergeseran kebudayaan serta kondisi ekonomi yang menurun dalam masyarakat, maka kekuatan masyarakat untuk menjaga warisan budaya ini juga semakin surut. Satu-persatu penjaga tari Bedhaya dan Srimpi mulai berkurang. Kini, para peneliti dari mancanegara mulai berdatangan untuk melakukan pencatatan kesenian ini. Amatlah disayangkan, apabila aset seni budaya kita yang berlimpah-ruah justru dipelajari oleh bangsa lain, sementara kita sendiri lupa bahwa tradisi kita begitu kaya dan penuh inspirasi. Kelengahan kita dalam menjaga aset budaya kita membuka ruang bagi pihak asing untuk mempelajari warisan tradisi yang langka ini. Suatu saat nanti, ketika kita mulai lepas dari akar kebudayaan kita, maka sungguh ironis bila kita harus mempelajari kembali warisan budaya leluhur kita justru dari bangsa lain – semata karena kita lupa untuk menjaganya.
Berangkat dari kepedulian tersebut, sebuah program konservasi jangka panjang digelar untuk tari Bedhaya dan Srimpi, dengan narasumber utama Sulistyo Tirtokusumo, master tari klasik Jawa, dan Michi Tomioka, kandidat doktor dari University of Osaka, Jepang, yang telah meriset dan mempelajari tari Bedhaya dan Srimpi selama beberapa tahun di Indonesia. Tujuannya adalah penyelamatan ragam tari Bedhaya dan Srimpi melalui pendokumentasian digital / audio-visual yang kelak akan memudahkan siapapun untuk mempelajarinya. Program konservasi ini dimulai dalam bentuk workshop, dimana hasil dari workshop ini akan didokumentasikan dalam bentuk audio-visual. Program konservasi ini kami anggap tinggi urgensinya, mengingat master tari klasik yang menguasai 10 tari Srimpi versi asli dengan durasi panjang (minimal 60 menit) yaitu Ibu Sri Sutjiati Djoko Suhardjo, belum lama ini meninggal. Diantara beberapa murid penarinya, salah seorang membuat catatan lengkap mulai dari transkripsi vokabuler gerakan hingga transkripsi gendhing (musik), yaitu Michi Tomioka, asal Jepang.
TARI SRIMPI & BEDHAYA YANG AKAN DIDOKUMENTASIKANTari Srimpi dan Bedhaya asal Keraton Surakarta yang berkembang dan diajarkan di sekolah/sanggar tari pada umumnya adalah versi pemendekan dari versi asli yang rata-rata berdurasi minimal 60 menit. Pada program pendokumentasian ini, yang akan direkam adalah versi asli berdurasi panjang, yaitu :
1. Srimpi Anglir Mendung (karya Sunan PB IV)
2. Srimpi Tameng Gito (karya Sunan PB VIII)
3. Srimpi Gandakusuma (karya Sunan PB IX)
4. Srimpi Dhempel
5. Srimpi Sukarsih (karya Sunan PB VIII)
6. Srimpi Sangupati (karya Sunan PB IX)
7. Srimpi Lobong (karya Sunan PB IX)
8. Srimpi Glondong Pring (karya Sunan PB IX)
9. Srimpi Ludira Madu (karya Sunan PB V)
10. Srimpi Gambir Sawit
11. Bedhaya Duradasih (karya Sunan PB V)
12. Bedhaya Pangkur (karya Sunan PB VIII)
Dari jenis-jenis diatas, beberapa sudah didokumentasikan, meskipun dalam versi pendek. Untuk pendokumentasian tahap 1 ini, dilakukan workshop terbatas untuk 2 Srimpi terlebih dahulu yaitu Srimpi Sukarsih dan Srimpi Dhempel. Untuk beberapa sisanya, pendokumentasian akan dilakukan pada tahap 2 dan 3 di awal dan pertengahan 2012. Karena beberapa catatan lengkap dari Srimpi tersebut berada di Jepang (dokumentasi Michi Tomioka) dan baru diambil akhir tahun ini semuanya untuk pendokumentasian tahap berikutnya. Metode pendokumentasian dilakukan melalui workshop dimana Michi Tomioka memberikan arahan vokabuler gerak sesuai catatan yang dibuatnya berdasarkan narasumber Ibu Sri Sutjiati Djoko Suhardjo (alm) kepada para penari. Dalam proses ini, master tari klasik Jawa Sulistyo Tirtokusumo – yang juga merupakan guru tari dari Michi Tomioka – turut turun tangan dalam memberikan arahan.
PEMANFAATAN YOUTUBE UNTUK PENYEBAR-LUASAN Hasil dari pendokumentasian ini dapat diunduh melalui youtube agar memudahkan mereka yang ingin mempelajarinya. Video hasil dokumentasi ini akan dipertunjukan secara luas dan gratis melalui youtube, dan siapapun dipersilahkan untuk mengunduh video dokumentasi ini untuk kebutuhan studi dan pembelajaran, dengan kualitas gambar (resolusi) apa adanya. Namun bagi peminat serius yang ingin memiliki video hasil dokumentasi ini dengan kualitas gambar yang jauh lebih baik, dapat membelinya dan akan mendapatkan user id dan password untuk mengunduhnya melalui website.
PROYEK PENDOKUMENTASIAN GOTONG ROYONGProgram ini merupakan program konservasi yang bersifat gotong royong. Hal ini disadari oleh tim produksi berdasarkan pengalaman selama ini, dimana sponsor kurang berminat untuk mendukung proyek dokumentasi semacam ini karena dianggap tidak ’menjual’ dan tidak bersifat massal. Meski dengan segala keterbatasan, proyek pendokumentasian ini dirasa tetap harus dijalankan. Workshop tertutup dilakukan di Gedung F lantai 6 yang difasilitasi oleh Direktorat Seni Pertunjukan.
Hal ini juga terkait dengan pemilihan para penari. Untuk jenis Srimpi yang sulit dengan tempo lambat dan tingkat intensitas tinggi maupun vokabuler gerak yang beragam, akan ditarikan oleh para penari Jawa senior. Salah satunya adalah koreografer Elly D. Luthan. Sementara untuk Srimpi dengan tingkat kesulitan menengah, beberapa penari ’relawan’ diminta sumbangsihnya untuk mempelajarinya dalam rangka proyek pendokumentasian ini. Sebagian besar penari yang terlibat merupakan para penari Jawa tradisional yang pernah mempelajari tari Srimpi dan Bedhaya. Pada pendokumentasian tahap berikutnya di tahun 2012, direncanakan sebuah workshop terbuka dimana penari-penari relawan (umum) yang memiliki dasar tari Jawa klasik memadai, dipersilakan untuk ikut mempelajarinya.